Seorang follower saya melaporkan kondisi PSU di Kabupaten Tasimalaya Jawa Barat. Cukup panjang ia melaporkan. Kondisi kabupaten itu sekarang sangat panas seperti air mendidih. Saya coba narasikan agar followers yang lain memahami situasinya.
Kabupaten Tasikmalaya, biasanya dikenal sebagai kota santri. Tiba-tiba berubah jadi “set film aksi politik paling absurd” se-Asia Tenggara. Pemungutan Suara Ulang (PSU) 19 April nanti? Cuy, ini bukan sekadar nyoblos, ini kayak “The Avengers: Elite Edition”. Tiga paslon siap bertarung. Tapi, sebelum rakyat sempat ke bilik suara, para elite udah saling serang kayak sinetron episode ke-999. Yang bikin merinding bukan cuma panasnya suasana, tapi karena bupati resmi melaporkan wakil bupatinya sendiri ke polisi atas dugaan pemalsuan tanda tangan. Yes, betul. Tanda tangan, wak! Barang yang biasanya cuma dibubuhkan di absen rapat atau kuitansi warteg, kini jadi alasan baku hantam kelas kakap. Gak main-main. Di Tasik, tanda tangan bisa lebih bahaya dari tambang uranium. Tapi ini baru pemanasan. Sekarang para paslon saling lapor ke Polres, Polda, Kejaksaan, bahkan KPK. Satu lapor hibah fiktif, satu lagi lapor surat palsu, satu lagi katanya mau lapor ke Tuhan langsung tapi belum dapet jadwal. Belum lagi warga yang mulai panas dingin. Bukan karena demam, tapi karena gap politik antar kampung makin membara.
Masalahnya, pertarungan ini bukan pertarungan rakyat kecil. Ini pertarungan elite, kang. Ada yang didukung langsung dari Jakarta, dengan wajah-wajah yang kalau nongol di televisi biasanya lagi ngomong, “Saya tidak tahu menahu.” Bahkan ada yang disokong oleh Mayasari Grup, Budiman, Primajasa, dan Do’a Ibu. Bus legendaris kini bukan hanya mengantar orang mudik, tapi mengantar demokrasi menuju lubang tambang. Tambang? Yes, bro. Ini dia jantung konflik sesungguhnya. Di bawah kaki Gunung Galunggung, konon ada kekayaan alam yang bisa bikin semua orang mendadak dermawan. Inilah yang bikin para paslon getol banget rebutan kursi. Ini bukan soal rakyat, ini soal akses ke sumber daya. Geng tambang udah masuk, geng pengusaha udah invest, tinggal tunggu geng Yakuza datang buat endorse juga.
Jangan lupa geng politikus elite yang suka nongol pas pemilu, ngilang pas banjir. Mereka sekarang sedang memainkan peran dengan sangat dramatis. Ada yang tampil sebagai “calon pemimpin visioner,” padahal baru minggu lalu mukanya terpampang di laporan BPK. Ada yang kampanye pake jargon “bersih,” tapi isi rekeningnya lebih banyak dari saldo negara di rekening giro.
Tasikmalaya hari ini bukan lagi soal siapa yang paling sayang rakyat, tapi siapa yang paling lihai melaporkan musuhnya duluan. Siapa yang punya pengacara tercepat, koneksi terdekat ke kementerian, dan tentu saja, sponsor terkuat. Tambang, bus, elite, dan tanda tangan menjadi satu dalam simfoni demokrasi beraroma gosip kantor kelurahan.
Warga Tasik tercinta, siapkan mental, siapkan kopi, dan jangan lupa bawa tisu. Karena drama ini belum berakhir. Bahkan sinetron "Mencintaimu Sekali Lagi" pun kalah jumlah episode. Yang jelas, PSU kali ini bukan pemilu biasa. Ini adalah Festival Politik Elite Nusantara, dengan tiket masuk gratis tapi harga bayar mahal, stabilitas masyarakat dan akal sehat.
Terima kasih buat follower yang sudah ngasih informasi. Harapannya, warga Tasik jeli memilih calon pemimpinnya. Tetap jaga keamanan. Tetap jaga rasa kopinya agar tetap nikmat. (Rosadi Jamani)
8 hrs ago
2.30K
132