LIDAHRAKYAT.COM- Ulang tahun ke-23 SMP Negeri Wini tahun ini menjadi momen yang tak hanya dirayakan dengan kue dan lagu, tetapi juga dengan air mata haru dan penghormatan mendalam. Hari ini, sekolah melepas salah satu sosok paling setia dalam sejarahnya, Bapak Markus Oematan, tenaga tata usaha yang telah mendampingi sekolah ini sejak hari pertama berdiri, kini memasuki masa purna bakti.
Bapak Markus, atau yang akrab disapa Bapak Markus, adalah sosok sederhana yang luar biasa. Ia bukan pegawai negeri, bukan pula PPPK. Statusnya “hanya” honorer, digaji dari dana BOS dan iuran komite sekolah—dua sumber yang tidak selalu datang tepat waktu. Namun ia tidak pernah menuntut, tidak pernah absen, tidak pernah berhenti.
“SMP ini berdiri di tanah Wini, dan saya orang Wini. Maka saya wajib baktikan diri untuk daerah saya sendiri.
Begitu kata-kata yang kerap ia ulang dengan penuh keyakinan. Bagi Bapak Markus, pengabdian bukan soal besar kecilnya upah, tetapi soal tanggung jawab dan cinta pada kampung halaman.
Selama lebih dari dua dekade, beliau telah menjadi saksi tumbuhnya sekolah ini. Puluhan bahkan ratusan siswa telah diluluskan. Banyak di antaranya kini telah menjadi pejabat, anggota TNI-Polri, ASN, dan guru. Bahkan beberapa di antaranya telah kembali ke SMP Negeri Wini sebagai rekan kerja. Sebuah bukti bahwa pengabdian beliau telah memberi buah dalam perjalanan banyak orang.
Hari ini, beliau datang bersama istrinya yang setia mendampingi. Dalam seremoni perpisahan yang penuh keharuan, beliau menyampaikan pamit dengan rendah hati
“Bukan karena saya tidak mau bekerja lagi, tetapi karena usia saya sudah 61 tahun. Sudah saatnya saya istirahat.”
Kepala SMP Negeri Wini, Bapak Engelbertus Nipu, S.Pd, menyampaikan pernyataan khusus dalam momen ini. Dengan suara penuh emosi, beliau berkata:
“Atas nama seluruh keluarga besar SMP Negeri Wini, saya menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Bapak Markus Oematan atas pengabdian panjang yang tidak pernah mengenal lelah.
Kami juga memohon maaf jika selama ini ada kekurangan dalam perlakuan, komunikasi, atau perhatian kami kepada Bapak Markus. Percayalah, kehadiran dan jasa-jasa Bapak tidak akan pernah kami lupakan. Jejak Bapak adalah bagian dari fondasi sekolah ini.”
Acara ditutup dengan penyerahan cinderamata sebagai simbol terima kasih dan penghargaan. Suasana haru menyelimuti seluruh hadirin, ketika puisi khusus dibacakan dan tangis pecah di antara siswa dan guru yang merasa sangat kehilangan sosok sederhana penuh makna itu.
Bapak Markus telah menunjukkan pada kita bahwa mengabdi tidak harus menunggu gelar, tidak harus menuntut balasan. Ia telah membuktikan bahwa kesetiaan dan cinta pada tempat sendiri adalah bentuk pengabdian paling luhur
Selamat memasuki masa istirahat, Bapak Markus.
Engkau tidak benar-benar pergi, karena namamu tertulis di hati kami semua.
*Penulis adalah Guru SMP Negeri Wini*
Artikel ini ditulis untuk mengenang dan menghormati sosok Bapak Markus Oematan.
2.65K
141