Sabtu, 01 Nov 2025
LidahRakyat | Aspirasi, Berani dan Aksi
Dari Mutis ke Monas: KCMK dan Kepemimpinan Komunitas yang Mentransformasi
Komunitas Sosial
Penulis: Dr. Vincentius Mauk, S.Pd, M.Pd
Style - 21 Jul 2025 - Views: 287
image empty

Ketika komunitas sering dianggap hanya sebagai kerumunan informal, Klub CB Mutis Kefa (KCMK) tampil berbeda. Di bawah kepemimpinan drg. Rickhard Malelak, klub ini justru menunjukkan bahwa komunitas bisa menjadi katalis perubahan sosial dan budaya yang kuat bahkan menjadi representasi positif daerah di level nasional.

KCMK bukan sekadar komunitas motor. Ia tumbuh menjadi rumah bagi anak-anak muda Timor yang ingin menjalin solidaritas, belajar kepemimpinan, dan tetap berakar pada nilai-nilai budaya. Di tengah arus modernisasi yang cepat, keberadaan klub ini adalah oase yang menyejukkan.

Yang paling membanggakan, bendera KCMK kini tak hanya berkibar di daratan Nusa Tenggara Timur, tetapi telah berkibar di jantung Republik, Tugu Monas, Jakarta. Ini adalah tonggak sejarah karena untuk pertama kalinya, suara komunitas CB dari Timor Tengah Utara berseru lantang di pusat negeri. Simbol ini menjadi bukti bahwa dari pelosok Indonesia pun bisa hadir gerakan komunitas yang membumi sekaligus membanggakan.

Kepemimpinan yang Transformasional

Kepemimpinan drg. Rickhard Malelak pantas disebut sebagai bentuk kepemimpinan transformasional, sebagaimana dikemukakan oleh James MacGregor Burns (1978). Burns menjelaskan bahwa pemimpin transformasional mampu mengangkat motivasi, semangat, dan moral anggotanya ke tingkat yang lebih tinggi melalui visi, keteladanan, dan pemberdayaan.

Hal ini tercermin jelas dari gaya kepemimpinan drg. Rickhard. Dalam sebuah wawancara internal komunitas, beliau mengatakan, “KCMK bukan hanya untuk kita yang suka motor, tetapi untuk siapa pun yang ingin tumbuh bersama berkontribusi bagi daerah, dan bangga sebagai anak Timor.” Sebuah kalimat sederhana namun penuh arah dan makna.

Bahkan dalam berbagai kesempatan, beliau menekankan bahwa klub ini harus berkontribusi nyata, tidak hanya menjadi rombongan motor yang lalu lalang di jalanan. Karena itu, KCMK aktif mengadakan aksi sosial seperti pembagian sembako, kampanye keselamatan berkendara, penggalangan dana bencana, dan kunjungan kasih ke panti asuhan.

Komunitas sebagai Agen Sosial

KCMK membuktikan bahwa komunitas adalah bagian penting dari sistem sosial. Teori komunitas sebagai agen perubahan sosial yang dikemukakan oleh Etzioni (1995) relevan dalam konteks ini. Komunitas bukan hanya tempat berkumpul, tapi juga ruang belajar, bertumbuh, dan menggerakkan nilai-nilai baru di masyarakat.

Dengan melibatkan anggota lintas generasi dari mahasiswa hingga tokoh masyarakat KCMK menanamkan nilai kebersamaan, loyalitas, dan tanggung jawab sosial. Ini bukan klub eksklusif, tetapi ruang inklusif yang menyatukan berbagai latar belakang.

Kehadiran KCMK di berbagai event nasional seperti ultah CB sedaratan Timor bahkan hingga pengibaran bendera di Monas, adalah bukti bahwa komunitas kecil pun bisa menciptakan gema besar. Dalam bahasa Clifford Geertz (1973), tindakan simbolik seperti ini memperkuat identitas kelompok sekaligus menjadi ekspresi budaya yang bernilai.

Dari Daerah untuk Indonesia

KCMK adalah representasi semangat daerah yang ingin maju. Ia membuktikan bahwa identitas lokal tidak perlu ditinggalkan untuk hadir di kancah nasional. Sebaliknya, kekuatan lokal adalah modal besar untuk tampil percaya diri di tingkat yang lebih luas.

Dengan latar belakang pegunungan Mutis yang sunyi dan gagah, klub ini menunjukkan bahwa semangat tidak harus lahir dari kota besar. Di bawah kepemimpinan yang visioner dan mengayomi, klub motor pun bisa menjadi motor perubahan sosial.

Sebagaimana dikatakan Rickhard Malelak dalam peringatan ulang tahun ke-11 KCMK, “Selama kita masih percaya bahwa persaudaraan dan loyalitas adalah kekuatan, maka KCMK akan terus hidup bukan hanya di hati kita, tetapi juga di ruang-ruang yang lebih besar dari ini.”

Penutup: Cahaya Kecil dari Timur

KCMK adalah cahaya kecil dari Timur. Ia tidak sempurna, tetapi ia tulus. Tidak kaya, tetapi penuh semangat. Dan justru karena itulah, keberadaannya menjadi inspirasi: bahwa dari Kefamenanu, dari lembah Mutis yang sejuk, bisa lahir gerakan komunitas yang bersuara lantang di Monas titik nol bangsa Indonesia.

Semoga KCMK terus menebarkan energi positif, tidak hanya sebagai klub motor, tetapi juga sebagai komunitas pembawa semangat, harapan, dan persatuan. Seperti motonya: “Gas bukan hanya untuk jalan, tapi juga untuk kemajuan.”