Sabtu, 24 May 2025
LidahRakyat | Aspirasi, Berani dan Aksi
Yayasan Cirma NTT Dorong Ketahanan Pangan Melalui Sekolah Iklim dan Asuransi Iklim di TTU
Ketahanan Pangan Indonesia
Penulis: Meja Redaksi Lidah Rakyat
Lingkungan - 25 Apr 2025 - Views: 477
image empty
Dok.Roman Nopala
Direktur Yayasan Cirma NTT Jhon Mangur Ladjar Saat diwawancarai Awak Media

LIDAHRAKYAT . COM -  Yayasan Cirma NTT mengambil langkah strategis untuk memperkuat ketahanan pangan dan perlindungan lingkungan di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), dengan menjadikan kelompok tani sebagai pusat Sekolah Iklim. Inisiatif ini sekaligus menjadi respons konkret terhadap tantangan perubahan iklim yang dampaknya semakin dirasakan oleh petani kecil di wilayah pedesaan.

Direktur Yayasan Cirma NTT, Jhon Mangur Ladjar, dalam keterangannya kepada awak media usai melakukan pertemuan dengan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten TTU menyampaikan bahwa perubahan iklim berdampak signifikan terhadap pola tanam, produktivitas pertanian, dan hilangnya sumber daya udara.

“Kami melihat bahwa petani kecil adalah kelompok paling rentan dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, kami ingin menjadikan kelompok tani sebagai pusat pembelajaran perubahan iklim, atau Sekolah Iklim, di mana para petani dapat belajar secara langsung mengenai pola iklim, teknik adaptasi, serta cara mengelola risiko,” ujar Jhon.

Dalam Sekolah Iklim, petani akan mendapatkan pelatihan tentang cara membaca informasi cuaca, menyesuaikan pola tanam, penggunaan bibit tahan iklim, pengelolaan udara yang berkelanjutan, dan praktik pertanian ramah lingkungan. Kegiatan ini diharapkan tidak hanya meningkatkan pengetahuan, tetapi juga mengubah pola pikir dan kebiasaan di tengah iklim global.

Lebih dari itu, Yayasan Cirma NTT juga memperkenalkan program Asuransi Iklim bagi petani kecil. Program ini dirancang sebagai jaring pengaman ketika petani mengalami kegagalan panen akibat kekeringan ekstrim, hujan berlebihan, atau kondisi iklim lainnya yang tidak terduga.

“Melalui asuransi ini, jika petani mengalami gagal panen karena faktor iklim, mereka akan tetap mendapatkan pasokan agar dapat memenuhi kebutuhan pangan dan menjaga kelangsungan hidup keluarga mereka,” jelas Jhon.

Tidak hanya fokus pada pertanian, Yayasan Cirma juga memprioritaskan perlindungan terhadap sumber daya air. Berdasarkan asesmen awal yang dilakukan di lima desa di Kecamatan Bikomi Utara—yakni Desa Napan, Tes, Faenake, Banain B, dan Banain C—ditemukan bahwa kondisi sumber air di wilayah tersebut tergolong kritis. Ancaman kekeringan, kerusakan hutan, dan penggunaan udara yang tidak berkelanjutan menjadi tantangan nyata yang perlu segera diatasi.

“Kami ingin memulai program konservasi mata air secara partisipatif. Masyarakat akan dilibatkan langsung untuk menjaga kelestarian sumber udara, merehabilitasi daerah tangkapan udara, dan menumbuhkan kesadaran ekologis secara menyeluruh,” tambahnya.

Dalam pertemuan dengan Dinas Pertanian TTU, Yayasan Cirma NTT juga menyampaikan permohonan dukungan dan ruang untuk bekerja selama dua hingga tiga tahun ke depan, demi memastikan bahwa program yang dilaksanakan benar-benar berdampak dan berkelanjutan.

“Puji Tuhan, respon dari Kepala Dinas Pertanian sangat baik. Kami merasa optimis bahwa kolaborasi antara yayasan, pemerintah daerah, dan masyarakat bisa menjadi kekuatan besar untuk menciptakan perubahan positif di TTU,” tutup Jhon.

Melalui pendekatan berbasis komunitas, dukungan teknis, serta integrasi antara pengetahuan lokal dan ilmiah, Yayasan Cirma NTT berharap bahwa program ini dapat menjadi model penguatan ketahanan pangan di tengah ancaman perubahan iklim, tidak hanya di TTU tetapi juga di wilayah lain di Nusa Tenggara Timur. ( Roman )