1)
Wajahmu kini seperti kanvas robek,
terguris sembilu di tangan-tangan asing
yang mencabik warna-warni yang dulu indah,
mengubah zaitun hijau menjadi debu kelabu,
menghapus senja di bukit yang terbenam
dalam tangisan langit yang pecah.
Lalu,
wajah itu mengusir damai dari benakku,
menyulut bara kemarahan dan kehilangan,
beribu monster berkeliaran di atas tanah yang koyak,
menebarkan bayang hitam yang tak
mengizinkan impian jadi kenyataan.
Oh, betapa wajahmu tanahku kini bercerita pahit,
setiap lekuknya adalah retak dan luka,
membuatku bergeming di antara reruntuhan,
mencari sisa-sisa rumah yang pernah aku kenal,
dan bertanya, di manakah kehangatan itu tersembunyi?
2)
Di setiap desahan angin yang mengelilingi,
ada bisikan getir tentang kematian yang tertunda,
ada aroma darah yang mengalir di atas tanah
seperti tinta merah yang memecahkan senja.
Di sana,
bayangan-bayangan keluarga yang hilang melayang,
menggapai-gapai dalam kekosongan yang menganga,
menunggu tangan kecilku yang rapuh, untuk menggenggam
kenangan yang melayang jauh di langit yang meradang.
Kapan, oh kapan, tanah ini akan terlahir kembali,
dari tumpukan abu yang menyiksa napasku,
dari reruntuhan rumah yang tak pernah kukenali lagi?
3)
Wajahmu kini tanahku, adalah mimpi buruk yang menjadi nyata,
jejak-jejak luka yang menuntunku pada sunyi,
yang terus-menerus menggali lubang dalam hatiku,
menyimpan tangisan anak-anak yang lenyap dalam raungan dan letusan senjata .
Namun,
sejauh mana pun mereka menyeretmu ke dalam kehancuran,
aku akan terus memanggil namamu tanahku, doaku akan selalu menyebar benih di tanahmu, yang mereka kira telah mati,
membiarkan akar-akar harapan menyusup ke dalam luka-luka,
dan suatu hari, wajahmu akan kembali menyala,
meski terbakar hangus beribu kali, tetap akan ada benih cahaya yang terus tumbuh menyala,
hingga suatu hari, wajahmu yang damai penuh rindu akan kembali.
Padang, Sumbar, 2023
*Riwayat Singkat Penulis.
Leni Marlina telah mengabdi sebagai dosen tetap di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang sejak tahun 2006 dan pernah dianugerahi Dosen Berprestasi Terbaik 1 Kategori Penulis yang Diberikan oleh Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang pada tahun 2015. Sebelumnya, ia menamatkan program Sarjana Sastra Inggris tahun 2005 dengan prediket Cumlaude, setelah setahun sebelumnya dianugerahkan penghargaan sebagai Terbaik Pertama Mahasiswa Berpretasi Tingkat Nasional tahun 2024.
Tahun 2011, ia menerima Beasiswa S2 Luar Negeri untuk mengambil Program Master of Writing Literature di Deakin University, Melbourne dan lulus tahun 2013. Ia aktif membimbing kegiatan kemahasiswa, training dan pengabdian di luar kampus di bidang kepenulisan, kebahasaan, dan kebudayaan.
Penulis yang saat ini merupakan ibu dari tiga orang putra ini, juga merupakan pendiri dan kepala beberapa komunitas sosial, sastra dan pendidikan, termasuk World Children's Literature Community (WCLC), POETRY-PEN International Community, serta Komunitas Membaca dan Menulis Puisi Indonesia (PPIPM: Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat). Selain itu, penulis mendirikan dan memimpin dua kursus bahasa Inggris: ECSC (English Children's Literature Smart Course) dan MEC (Marvelous English Course), serta komunitas sosial berbasis digital, Starcom Indonesia (Starmoonsun Eduprenuer Community Indonesia). Sebagai anggota aktif dari Perkumpulan Penulis Indonesia SATU PENA Sumatera Barat, penulis juga terlibat dalam kolaborasi internasional, seperti Victoria Writers Association di Australia dan ACC International Writers Community di Hong Kong.
2.28K
132
2. Character Traits to Apply in Business: The character traits that should be applied in starting and running this business include empathy, determination, and hope. Empathy is crucial for understanding the struggles and needs of individuals affected by conflict, allowing the business to create programs that truly resonate with the community. Determination is essential for overcoming the challenges of working in difficult environments and for driving the mission of rebuilding and healing forward. Lastly, hope is vital for inspiring both the business team and the community, fostering a belief in the possibility of renewal and growth, much like the seeds of hope that are mentioned in the poem, which can flourish even in the face of adversity. Jesica Imelda Pasaribu. 24 JD EPR KM 7-8 NK3-23 LM
Ridel Decastro NK 2
24 JD Writing NK2-24 SL7-8 LM
JD WRITING NK2-24 SL 7-8 LM
which line/stanza you like very much
Di setiap desahan angin yang mengelilingi,
ada bisikan getir tentang kematian yang tertunda,
ada aroma darah yang mengalir di atas tanah
seperti tinta merah yang memecahkan senja.
what things come to your mind after reading the poem is I realize that as a human being I still have many sins in contrast to those in Palestine. Even though they are at war, they still worship.
24 JD WRITING 2-24 SL 7-8 LM