Saya percaya betul dengan prinsip human intelligence is above artificial intelligence (AI). Dengan demikian masih dibutuhkan sentuhan manusia dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau high orrder thinking skills (HOTS) untuk hal ini. Namun AI dan teknologi lainnya memang akan menjadi persoalan bagi manusia yang tidak mampu mengembangkan kapasitas dirinya, sehingga kemampuan yang dia miliki lama-kelamaan kalah dengan mesin.
Kemampuan tertinggi manusia itu adalah kreativitas dan berinovasi, ini yang sulit untuk ditiru oleh teknologi apapun. Jadi AI kita perlakukan sebagai tools atau alat bantu saja, bukan sebagai end-result. Ini berarti campur tangan manusia tetap diperlukan. Prinsipnya mesin yang harus belajar kepada manusia, bukan manusia yang mengikuti mesin oleh dalam proses kreativitas. Makanya ada ilmu yang namanya machine learning atau bagaimana membuat mesin "belajar" dari semua data yang dia miliki.
Nah, repot kan kalau manusia sudah tidak mau belajar lagi, maka lama-kelamaan yang begini memang akan dikalahkan oleh AI. Mengapa demikian?
Menurut teori Taksonomi Bloom, manusia itu dikarunai Tuhan sebanyak 6 tingkatan kemampuan berpikir, yaitu remembering (mengingat atau menghafal), understanding (memahami), applying, (menggunakan dengan tepat) analysing, (menganalisis) evaluation (mengevaluasi), serta creating (mencipta). Tiga yang pertama disebut dengan kemampuan berpikir tingkat rendah atau low order thinking skills (LOTS), sedangkan tiga yang kedua disebut dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau high order thinking skills (HOTS). Sejatinya manusia tentu harus memaksimalkan karunia Tuhan ini, namun perjalanan hidup orang per orang membuat ada yang bisa memaksimalkan, ada yang setengah maksimal, serta ada yang tidak maksimal.
Nah, pemunculan teknologi kecerdasan buatan akan menjadi masalah buat mereka yang hanya berhenti pada LOTS dan tidak mampu memaksimalkan HOTS. Namun bagi mereka yang sanggup memaksimalkan HOTS, harusnya tidak menjadi masalah, bahkan bisa menjadi alat bantu bekerja untuk produktivitas dan kinerja yang lebih tinggi lagi.
Dengan demikian saatnya mengasah kemampuan HOTS kita sejak dari anak-anak. Jangan lagi jejali anak-anak kita dengan hanya sekedar menghafal, melainkan sampai dengan mengembangkan kemampuan HOTS seperti berpikir kritis, analitis, kreatif, dan sebagainya, yang tentu saja disesuaikan dengan perkembangan usia mereka. Maka .. Iqra' .. Bacalah .. Belajarlah .. Kembangkan kemampuan atau kompetensi .. Kalau tidak, nanti digilas oleh AI.
---- Disampaikan pada "orasi budaya" acara Kolong Art Fies diselenggarakan oleh Komunitas Koloni Seniman Ngopi Semeja Depok, menjelang Tahun Baru 2024 setahun yang lalu
*Staf Khusus Menteri Bidang Siber, Digital, dan Ekonomi di Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan
2.28K
132