"Harus optimis! Bola itu bulat. Apa saja bisa terjadi di lapangan. Timnas pasti menang!" kata teman ngopi saya dengan semangat yang tak terbendung. Melawan Jepang, hmm... seperti menghadapi raksasa. Muncul rasa pesimisme. Bagaimana tidak? Jepang saat ini berada dalam kondisi terbaiknya. Tim mereka hampir sempurna. Wajar bila muncul rasa pesimisme di tengah antusiasme. Namun, meski begitu, optimisme tetap ada.
- Esok malam, Squad Garuda akan berhadapan dengan Jepang. Ya, Jepang, bukan tim futsal dari tetangga sebelah. Ada yang optimistis? Tentu saja. Dedi Kusnandar, sang oracle lokal, dengan penuh keyakinan mengatakan bahwa di stadion nanti, Timnas akan melesat, mengubur Samurai Biru di tanah nusantara. "SUGBK akan jadi saksi," katanya dengan semangat.
- “Optimistis,” ujar Dado dengan nada setengah puisi. "Karena siapa tahu, mungkin saja bola benar-benar bulat." Siapa yang butuh strategi, ketika atmosfer stadion bisa melumerkan semangat Bushido? Dukungan suporter, katanya, akan mengangkat Timnas. Suara bising para pendukung yang penuh harapan, seceria anak-anak yang menemukan gulali. Namun, ada juga suara lain. Bojan Hodak, sang realis dari Kroasia, hanya berdecak, menatap jauh ke awan, dan menggoyang-goyangkan kepala. "Peluang? Apa itu peluang?" tanyanya, seolah istilah tersebut asing baginya. Jepang, menurutnya, adalah naga Asia yang siap menyemburkan api. Sedangkan kita, masih jauh tertinggal.
- "Melawan Jepang?" Bojan tertawa pelan, nyaris meremehkan. "Mereka terlalu kuat. Tak usah bercanda." Kita pun tersenyum kecut. Humor ironis yang memukul kenyataan. Shin Tae-yong, sang arsitek lapangan, telah memoles anak-anak bangsa dengan tekad baja. Tapi, baja tetap baja, dan butuh lebih dari sekadar sorakan penonton untuk menundukkan Samurai.
- Apakah Timnas bisa menang? Dalam imajinasi kolektif dan kisah-kisah dongeng, mungkin. Namun, di realita, mimpi-mimpi itu kadang hanya secercah puisi dalam riuh rendah harapan. Tapi, seperti kata Dado, “Optimistis.” Optimisme itu… setidaknya, kita punya tepuk tangan meriah dan dada penuh semangat yang mengalun di SUGBK. Antara optimisme dan pesimisme, kita berdiri. Dengan sentuhan kopi liberika dan pisang goreng selai, optimisme itu selalu ada.