Minggu, 20 Apr 2025
LidahRakyat | Aspirasi, Berani dan Aksi
Hidangan di Hari Pangan
Ontologi Puisi Lidah Rakyat
Penulis: Leni Marlina*
Style - 18 Oct 2024 - Views: 622
image empty
Ilustrasi

1)
Hari ini, kita berhenti sejenak,
Menyelami lautan makna di balik setiap suapan,
Menggenggam kisah yang terhampar di meja,
Dari ladang subur yang bercerita,
Hingga hati yang kelaparan merindu.

Pangan, bukan sekadar kebutuhan,
Ia adalah harapan yang terhampar di dalam jiwa,
Setiap biji yang tumbuh di pangkuan bumi,
Menampung pengorbanan para petani,
Pahlawan tak bersuara,
Yang menggenggam tanah dengan kasih dan mimpi.

Namun di balik kehangatan hidangan,
Ada suara lembut yang terabaikan,
Di sudut dunia yang kerap kita lupakan,
Di mana ketidakadilan bersembunyi,
Seperti bayang-bayang di balik tirai,
Mengintip kebahagiaan yang tidak merata.


2)
Hari ini, mari kita renungkan,
Apa makna sepotong roti yang kita nikmati?
Adakah kita mendengar,
Di setiap suapan, ada cerita terpendam,
Tentang harapan yang terjebak dalam kesunyian,
Tentang cinta yang harus dibagikan,
Mewujudkan keadilan dan kesetaraan?

Kita berkumpul dalam syukur,
Namun, siapkah kita menyalakan perubahan?
Ketika satu suapan menjadi jembatan,
Menyatukan hati-hati yang terpisah,
Agar setiap tangan yang terulur,
Merasakan perut kenyang dan hangatnya kasih sayang?


3)
Dalam setiap butir beras, dan setiap potong roti yang kita konsumsi,
Ada pelajaran berharga untuk dipahami,
Bahwa hidup adalah tentang berbagi,
Menghormati bumi yang memberi,
Mendengar jeritan yang butuh uluran tangan,
Dan menjaga agar tidak ada yang terpinggirkan.

Selamat Hari Pangan,
Di mana harapan bertemu dengan aksi,
Di mana kita adalah bagian dari perjalanan,
Menuju dunia yang lebih beradab,
Di mana setiap jiwa dapat bersantap,
Dengan penuh rasa syukur dan cinta,
Mewujudkan mimpi yang kita inginkan bersama.


Padang, Sumbar, 2023

*Riwayat Singkat Penulis.

    Leni Marlina telah mengabdi sebagai dosen tetap di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang sejak tahun 2006 dan pernah dianugerahi Dosen Berprestasi Terbaik 1 Kategori Penulis yang Diberikan oleh Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang pada tahun 2015. Sebelumnya, ia menamatkan program Sarjana Sastra Inggris tahun 2005 dengan prediket Cumlaude, setelah setahun sebelumnya dianugerahkan penghargaan sebagai Terbaik Pertama Mahasiswa Berpretasi Tingkat Nasional tahun 2024.
    Tahun 2011, ia menerima Beasiswa S2 Luar Negeri untuk mengambil Program Master of Writing Literature di Deakin University, Melbourne dan lulus tahun 2013. Ia aktif membimbing kegiatan kemahasiswa, training dan pengabdian di luar kampus di bidang kepenulisan, kebahasaan, dan kebudayaan.
    Penulis yang saat ini merupakan ibu dari tiga orang  putra ini,   juga merupakan pendiri dan kepala beberapa komunitas sosial, sastra dan pendidikan, termasuk World Children's Literature Community (WCLC), POETRY-PEN International Community, serta Komunitas Membaca dan Menulis Puisi Indonesia (PPIPM: Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat). Selain itu, penulis mendirikan dan memimpin dua kursus bahasa Inggris: ECSC (English Children's Literature Smart Course) dan MEC (Marvelous English Course), serta komunitas sosial berbasis digital, Starcom Indonesia (Starmoonsun Eduprenuer Community Indonesia). Sebagai anggota aktif dari Perkumpulan Penulis Indonesia SATU PENA Sumatera Barat, penulis juga terlibat dalam kolaborasi internasional, seperti Victoria Writers Association di Australia dan ACC International Writers Community di Hong Kong.
Tags
Tidak tersedia.
Komentar (52)
Asti Marito Rambe
30 Desember 2024, 10:38 WIB
1. Business Idea Inspired by the Poem: One potential business idea inspired by the poem "Hidangan di Hari Pangan" is to create a social enterprise focused on sustainable agriculture and food distribution. This business could partner with local farmers to source organic produce and distribute it to underserved communities, ensuring that everyone has access to nutritious food. Additionally, the enterprise could include educational programs about the importance of food justice and the stories behind the food we consume, fostering a deeper connection between consumers and producers.

2. Character Traits to Apply in Business: The character traits that should be applied in starting and running this business include empathy, resilience, and a strong sense of social responsibility. Empathy is crucial for understanding the needs of both farmers and consumers, allowing the business to create solutions that benefit all parties involved. Resilience is important for overcoming challenges in the agricultural sector and in addressing food insecurity. Lastly, a strong sense of social responsibility will guide the business to prioritize ethical practices and contribute positively to the community, ensuring that no one is left behind. Jesica Imelda Pasaribu. 24 JD EPR KM 7-8 NK3-23 LM
Muhammad Farez
27 Desember 2024, 00:06 WIB
Lirik/Bait Puisi yang saya sukai:
Kita berkumpul dalam syukur,
Namun, siapkah kita menyalakan perubahan?
Ketika satu suapan menjadi jembatan,
Menyatukan hati-hati yang terpisah,
Agar setiap tangan yang terulur,
Merasakan perut kenyang dan hangatnya kasih sayang?

Puisi ini mengajak untuk merenungkan makna syukur yang lebih mendalam, yaitu menjadikannya landasan untuk menciptakan perubahan sosial. Melalui gambaran sederhana, seperti satu suapan makanan yang menjadi simbol persatuan, puisi ini menyoroti pentingnya kepedulian terhadap sesama. Dengan berbagi dan memberikan perhatian, setiap individu dapat menjadi jembatan yang menyatukan hati dan memenuhi kebutuhan dasar orang lain. Pesannya adalah bahwa rasa syukur sejati harus diwujudkan dalam tindakan nyata yang membawa kesejahteraan dan kasih sayang kepada semua.
Elsen Agustina Sigalingging - JD I-E TRANS JM9-10 NKall21 LM
Salwa Felisa Syafitri
14 Desember 2024, 12:56 WIB
First Comment: The poem beautifully reflects on the idea of appreciating the simple yet profound connection between food, the earth, and the hard work of those who grow our sustenance. It speaks to the importance of gratitude, sharing, and ensuring that no one is left behind.
Second Comment: I really love the line: "Setiap potong roti, setiap butir nasi, / Bukan hanya untuk kita, / Tapi juga untuk mereka yang merindukan keadilan." It emphasizes the importance of sharing and the greater responsibility we have in making sure everyone has enough.
Third Comment: After reading the poem, a business idea that comes to mind is creating a community-based platform where people can donate food to those in need or support small-scale farmers, fostering a more equitable food distribution system.

Jeni Fitria 22018125
Elfi Afriani
14 Desember 2024, 11:48 WIB
1. What is the meaning of the poem to you?
The poem reflects on the deeper significance of food, not just as sustenance, but as a symbol of hope, justice, and shared humanity. It calls attention to the struggles of farmers and the inequalities in the distribution of resources, urging readers to reflect on how food connects us to both gratitude and the need for systemic change.
2. Which line/stanza do you like very much?
"Hari ini, mari kita renungkan, Apa makna sepotong roti yang kita nikmati?"
3. What is one of the business ideas that comes to your mind after reading the poem?
A business focused on sustainable agriculture and food distribution, promoting fair trade and ensuring that food reaches underserved communities, supporting both farmers and consumers in a more equitable system.


Larasiti Nurahmah (22018131)
24 JD EPR St4-6 NK?23 LM
Ara Haita Alfurqan
14 Desember 2024, 11:14 WIB
Food is important for our bodies, healthy and nutritious food can improve human resources for the progress of the nation. .nazhmi hadil ayyubi 22018147 (24 JD EPR ST 4-6 NK?23LM)