Penulis: Meja Redaksi Lidah Rakyat Style -
08 Nov 2024 -
Views: 302
Ilustrasi
Gempa lebih dahsyat dari patahan Lempeng Sunda menghantam Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi). Oh, bukan, bukan gempa tektonik. Ini lebih ke goncangan politik berbalut statistik. Tensinya setinggi gunung dan intrik lebih dalam dari Palung Mariana. Tiga lembaga survei ternama, yang biasa disandingkan dengan oracle modern, memutuskan untuk angkat kaki dari Persepi. Seolah berkata, “Sayonara, kawan, kami sudah lelah dengan drama!”
Poltracking Indonesia, Parameter Politik Indonesia (PPI), dan Voxpol Center Research and Consulting, trio macan survei ini, meninggalkan Persepi dengan elegan. Ini mirip adegan para ksatria pulang dari pertempuran penuh tipu daya. Direktur Poltracking, Masduri Amrawi, dalam konferensi pers yang mengguncang Jakarta pada Kamis lalu, berbicara dengan nada getir. “Kami diajak bergabung pada 2014 untuk taruhan integritas. Ironisnya, kami pergi pada 2024... juga demi integritas.” Oh, betapa manisnya ironi itu. Seperti kopi pahit tiba-tiba dituang gula saat mau diminum.
Poltracking merasa diperlakukan seperti anak tiri dalam sinetron penuh air mata oleh Dewan Etik Persepi. Ini terkait survei Pilkada Jakarta 2024. Entah kenapa menjadi episentrum segala drama ini. Mungkin di sinilah statistik bertemu sandiwara. Tak mau kalah drama, Parameter Politik Indonesia (PPI) pun turut melambai-lambaikan surat perpisahannya. Direktur PPI, Sadam Husen Falahuddi, menegaskan, keluarnya mereka tidak ada hubungannya dengan sengketa antara Poltracking dan Dewan Etik Persepi. “Ini murni alasan internal,” katanya. Adi Prayitno, peneliti PPI yang terkenal tajam, menambahkan dengan santai, “Enggak ada urusannya, ini hanya kebetulan semesta, mungkin konspirasi planet.”
Seolah panggung tak cukup penuh, Voxpol Center Research and Consulting, si ninja survei yang biasanya bergerak di belakang layar, ikut-ikutan cabut. Mereka meninggalkan secarik surat tanpa banyak basa-basi. Mereka tampaknya lebih suka meninggalkan misteri. Pertanyaannya, mengapa eksodus ini terasa seperti barisan tragedi Shakespearean? Apakah Persepi, sang panggung yang diharapkan menjadi penjaga integritas, kini terjerat dalam jerat integritas itu sendiri? Masduri menuding Dewan Etik dengan kritik sepedas sambal matah, “Mereka tidak adil dalam menjelaskan perbedaan hasil antara LSI dan kami.” Katanya, data dan penjelasan sudah diberikan, namun hasil yang keluar, ah, “tak sesuai dengan fakta,” sindirnya.
Hasil survei Poltracking sebenarnya sudah sering menjadi bintang tamu di talk show statistik. Prediksi Pilpres 2019 hanya selisih 1% dari hasil resmi KPU, bak ramalan cenayang yang hampir kena jackpot. Quick count di Pilkada Bengkulu? Nol persen meleset, presisi setajam pedang samurai. Kini, dengan langkah pamit penuh gaya ini, Poltracking meninggalkan jejak “terhormat” di gerbang Persepi, diapit PPI dan Voxpol yang sama-sama mengenakan toga perpisahan. Apa yang tersisa dari Persepi? Sebuah rumah megah kini terancam menjadi kosong. Megah hanya di nama, dihuni oleh bayangan kepergian. Akankah organisasi ini bisa menata diri, atau akan menjadi monumen bisu yang bercerita tentang hilangnya kepercayaan? Hanya waktu dan mungkin, ehm, lembaga survei lain yang akan menjawab.