Minggu, 20 Apr 2025
LidahRakyat | Aspirasi, Berani dan Aksi
Duka di Jalan Sunyi
Saksi Bisu Tol Purbaleunyi
Penulis: Meja Redaksi Lidah Rakyat
Peristiwa - 12 Nov 2024 - Views: 185
image empty
Ilustrasi

Di bawah awan kelabu yang menggantung rendah. Di atas aspal hitam legam. Nasib beradu dalam tragedi yang tak akan pernah terlupakan. Tol Purbaleunyi menjadi saksi bisu, menyimpan deru maut yang datang begitu tiba-tiba. Pukul 15.15 WIB, kala matahari merangkak menuju senja, sebuah jeritan ngeri dan dentuman keras memecah hening. Detik itu, waktu seolah-olah menahan napas, menyaksikan dunia terbelah oleh kepanikan dan ketakutan yang menggigil.

  1. Asap tebal membumbung ke udara. Lalu, menggeliat seperti naga hitam yang marah. Di dalam hiruk-pikuk sirine dan kilau lampu darurat, truk pengangkut kardus itu, yang seharusnya menjadi saksi bisu perjalanan rutin, berubah menjadi petaka yang tak pernah diundang. Rem yang seharusnya menggenggam erat roda, melepaskan kendali seperti nyawa yang putus dari raga. Di jalan itu, truk beserta bebannya menderu tanpa ampun, menabrak batas-batas yang seharusnya melindungi kehidupan.

  2. Di dalam mobil-mobil yang terlibat, jeritan menjadi simfoni duka yang tak tertahankan. Tangan-tangan meraih udara, wajah-wajah terkejut mematung di kaca, mata-mata yang menatap dengan harapan terakhir kepada langit yang tak lagi biru. Ada seorang ayah yang tengah menggenggam erat tangan kecil putrinya, merasakan gemetar ketakutan menjalari tubuh mereka berdua. Ada seorang ibu yang memeluk erat tas sekolah anaknya, seolah-olah itu adalah jimat yang bisa menyelamatkan nyawa.

  3. “Petugas kami bersama Kepolisian langsung terjun ke lokasi kejadian dengan dilengkapi ambulans, derek, dan tim penyelamat,” demikian Panji Satriya, perwakilan dari Jasamarga Metropolitan Tollroad, mengabarkan dengan suara yang retak oleh beban. Tapi tidak ada kata, seberapapun mewahnya bahasa, yang cukup untuk menggambarkan luka ini. Luka yang menganga, menghimpit dada, meninggalkan jejak pilu di hati mereka yang melihat dan mendengar. Di sisi lain, arus lalu lintas yang terhenti, mobil-mobil yang membatu di bawah terik yang mulai menyusut, menyimpan ribuan kepala yang membatin. "Mengapa nasib bisa sekejam ini?" Orang-orang menatap kosong pada hamparan besi dan puing, di mana kehidupan diukur hanya dalam hitungan detik dan peristiwa.

  4. Deru ambulans datang seakan memotong suara tangis seorang anak yang baru saja kehilangan ibunya. Mata kecilnya tak mengerti tragedi, hanya tahu bahwa dunianya baru saja diporak-porandakan. Empati pun tak cukup untuk meresapi rasa hampa ini; ia memanggil nama yang tak lagi bisa menjawab, merintih dalam sunyi yang menggema. Di sudut lain, seorang petugas berlutut, berdoa dalam hati, di tengah kabut hitam yang pekat. Setiap kali ia menunduk menutup tubuh yang tak lagi bernyawa, ia seakan merasakan beban jiwa yang tak bisa disangga dengan tangan. Sementara berita ini menyebar, beriringan dengan rekaman video yang menyayat hati, penonton hanya bisa terpaku. Dada mereka berdegup kencang, merasakan duka yang terpantul dari layar. Tetapi, di balik detik-detik video itu, ada kenyataan yang tak bisa diulang, kisah hidup yang terhenti, mimpi yang hilang bersama debu dan karat.

  5. Kecelakaan ini, dengan luka dan duka yang dibawanya, adalah pengingat pahit bahwa hidup selalu bisa berubah sekejap mata. Kematian tidak pernah mengetuk pintu, ia datang dengan langkah yang cepat, meninggalkan kita terdiam di persimpangan antara kesedihan dan penyesalan. Dan di Tol Purbaleunyi, pada hari yang tak akan pernah dilupakan, hati jutaan orang pun hancur dalam derita.

A PHP Error was encountered

Severity: Core Warning

Message: Module 'igbinary' already loaded

Filename: Unknown

Line Number: 0

Backtrace: