Penulis: Meja Redaksi Lidah Rakyat Olahraga -
11 Nov 2024 -
Views: 302
Ilustrasi
Saat daun-daun gugur dan semilir angin senja Jakarta berhembus di sekitaran SUGBK, kabar sejuk merasuk bak oase di tengah gurun kesabaran pendukung Timnas Indonesia. "Alhamdulillah," kata Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. Suaranya bergaung seperti khotbah Jumat yang ditunggu-tunggu jamaah. Kevin Diks, sang bek tangguh dari FC Copenhagen, akhirnya resmi bergabung memperkuat armada Garuda. Tentu ini amunisi baru jelang menghadapi Jepang, 15 November ini.
Siapa sangka, dari kedalaman Skandinavia, seorang pahlawan baru lahir untuk memikul tanggung jawab sebesar langit Nusantara. Dengan proses naturalisasi yang berjalan seperti lari 100 meter Usain Bolt, cepat, tak terbendung, dan pastinya memecahkan rekor administratif. Kevin Diks akhirnya bisa bergabung. Terbayang dalam imajinasi, pegawai Kedutaan Besar di Denmark berlarian ke sana kemari seperti drama telenovela, memastikan setiap stempel, cap, dan dokumen tak ada yang tertinggal.
"Terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto, yang perhatian pada sepak bola lebih dari perhatian tukang parkir saat jam sibuk," kata Erick, lengkap dengan senyum yang seperti sudah menang sebelum tanding. Tak ketinggalan, pujian setinggi langit juga diarahkan ke DPR RI, Kemenpora, dan Kemenkum yang entah bagaimana bisa mengesahkan naturalisasi lebih cepat daripada netizen menuliskan status galau.
Jangan lupakan bahwa Jepang bukan tim kemarin sore yang bisa ditakut-takuti dengan kembang api dan spanduk raksasa. Negeri sakura ini adalah peringkat 15 dunia, lengkap dengan pemain-pemain yang berlari seperti shinkansen dan passing yang sehalus upacara teh tradisional. Erick berharap, kehadiran Kevin Diks, dengan pengalaman Liga Championnya mampu memperkokoh pertahanan Indonesia yang selama ini. Kokoh seperti pagar bambu diterjang badai.
Dengan posisi Timnas yang masih manis di urutan kelima, terikat dengan hasil-hasil yang lebih mengesalkan dari pada drama cinta segitiga, Erick menargetkan minimal finis di posisi empat. Oh, betapa target ini bagai mendaki Himalaya dengan sandal jepit. Namun, di sinilah keajaiban sering muncul, di antara doa-doa, jerih payah, dan harapan.
Apakah Kevin Diks akan menjadi sosok yang menulis sejarah baru? Ataukah kisah ini akan menjadi bab lain dalam buku setebal bantal berisi 'momen-momen hampir'? Yang pasti, di SUGBK nanti, doa dan decak kagum akan bercampu. Garuda terbang bukan hanya dengan sayap, tetapi dengan mimpi berjuta orang di bawahnya.