Empat Puluh lima tahun
bukan tidur sayang
Dari Solo tanah Jawa
ke Negri Tanah Kering
Jiwa Muda bakar raga
gali tanah semburkan air
Empat Puluh Lima Tahun
Bukan tidur sayang
Belah bukit, robek rimba raya
Sebrang Sungai belah danau sungai
Pancang Tiang rangka Baja dan Besi
Bangun Jalan seantero Nusantara
Tanah Jawa Tol licin mengkilat
Tanah Sumatera malaju gembira
Tanah Kalimantan Jadi tonggak sejarah
Ibu Kota Nusantara jadi Istana
Tanah Papua Cenderawasih sorak-sorai
Tanah Sulawesi sambung menyambung
Bali dan Bima episentrum wisata cirkuit dunia
NTT berdiri tersungging senyum
Dari Sumba sampai Pulau Komodo
Primadona sekedip mata,
Gadis cantik diburuh perjaka
Tetesan manis lebah hutan jadi rebutan
Empat Puluh Lima Tahun
Bukan tidur sayang
Matahari tidur Kau melangkah
Bulan berbaring Kau mengurai
Bintang Kejora tuntun jalan
Puluhan bendungan rancang megah
Alirkan air sawah dan ladang
Jutaan pondok sulap jadi istana hidup
Ribuan kilometer rakyat laju
Empat Puluh lima tahun
Bukan tidur sayang
Jahit asa capai cita-cita
Pahat generasi Indonesia Emas
Ukir pemuda Indonesia Maju
Dari bilik hitam dan kuning
Tongkat Estafet Lanjutkan Nusantara
Hari ini Paduka Mulia berakhir masa
Hari ini Baginda Raja kan pergi
Dari istana Raja Sahaja
Bila Panglima memanggil datang
Sejarah baru terpahat di sana
Jika Panglima Tak mengerling
Cinta Yang Tulus Telah Berbuah
Air mata tumpah dari Sabang sampai Merauke
Sedih nan pilu mengiris hati
Senyum dan tawa warnai jalan
Kala penat terik hiasi Perjuangan
Tangan dingin tongkat wasiat
Kerja keras tiada henti
Air mata tumpah dari Sabang sampai Merauke
Dekapan erat panaskan raga
Budi dan jasah terukir indah
Takkan Hilang Nyanyian Lagu
Sepanjang jalan penuh kenangan
Di bawah Pohon Mangga, Hutan Kayu, Jakarta,Timur, 18 Oktober 2024
*Penulis adalah Editor Senior, Domisili di Jakarta
2.28K
132