Rabu, 08 Oct 2025
LidahRakyat | Aspirasi, Berani dan Aksi
Rerasan, Hijrahku
Inspirasi Indonesia Maju
Penulis: Meja Redaksi Lidah Rakyat
Style - 15 Jul 2025 - Views: 218
image empty
Dok. Pribadi, Istimewa
Foto: Muslimin Lamongan. www.lidahrakyat.com

Hijrahku adalah semai benih-benih kesadaran etik. Menuju apik tanpa berisik. Meski tidak meruah, cukup melenterai diri sendiri dan keluarga. Menjadi suami yang lebih peduli. Menjadi imam dalam keluarga berupaya amanah. Menjadi bapak anak-anak yang semakin bijak. Menjadi kakek cucu-cucu berusaha panutan. Dalam sunyi mengurai diri: dari banal menuju kanal kebaikan. Dari belam menuju salam kebajikan. Dari serapah menuju halus tutur kata.

Rasanya resolusi ini juga terpahat tekad tahun yang lalu. Entahlah, amsal secangkir kopi ketika hujan deras malam. Segera dingin pahit membenam langkah. Dalam tekad berlipat, dalam tindak tak beranjak. Hanya sekadar meriah seremoni. Takluk pada jerat hati mengendali nafsu ragawi. Berbilang tahun dalam getun penyesalan.

Tak ada kata terlambat. Senyampang masih diberi nafas, menata hidup harus laras. Liris tak hanyut samudera paksa, kesadaran bertahap momentanya. Misal dalam hal sholat, menegakkan tiang agama tidak boleh melalaikan. Sebab ia panggilan Tuhan, bentuk tunduk kesyukuran. Sesungguhnya sholat bukan untuk-Nya, tetapi transendental kebutuhan diri. Akhirnya segala akibat penahanan kemungkaran dari sholat, merambat halus ke jiwa raga pribadi. Memantul dalam pekerti berbudi. Wajah teduh, hati dan rasa semakin patuh.

Hijrahku kini tak mengabai hal-hal yang dianggap kecil. Senyum tulus umpamanya. Senyum adalah sedekah. Betapa selama ini kehadiran wajahku tak mengindahkan. Cemberut bersungut awal sengkarut. Padahal dalam pertemuan berbalut senyum, segala aum tersingkir. Berganti menjadi simpati-empati bertabur pandum. Menjalani hari-hari dengan sumringah berbunga.

Salam dan sapa tebar kebenaran dan kesabaran. Lantas tak saling mencela perkara lumrah. Tak saling mencibir hal tak utama. Dalam setiap bicara perlu didengar dengan saksama. Dalam setiap tingkah harus ditelaah. Dalam setiap kajian butuh pendalaman. Memeram diri mematangkan akal dan rasa. Mudah sekali mohon maaf, sebab kapasitas sangat terbatas. Meski suatu keahlian sangat mumpuni, tetap rendah hati. Segala milik adalah titipanNya. Suatu ketika bertanggungjawab dalam kelolanya.

Hijrahku sederhana, sebab diriku sebatas bisa berlaku sahaja. Meski demikian, sesungguhnya setiap perubahan terjadi tak lepas dari peran tersembunyi. Doa kedua orang tua. Doa-doa tetangga, keluarga, para sahabat, orang-orang yang sering dianggap bawah, adalah pemantik yang tak terasa. Lebih didengar Tuhan daripada aku yang riya. Mereka lebih utama daripada aku yang masih terbata. Terima kasih doa-doa itu, mohon maaf segala salah ucap dan tindakku. Semoga Tuhan selalu merahmati kita.

Lamongan, 28 Juni 2025

 

*Penulis adalah Muslimin Lamongan, Aktivis Giat menulis