Rabu, 08 Oct 2025
LidahRakyat | Aspirasi, Berani dan Aksi
Panen Simbolis Tanaman Hortikultura di Desa Napan: Sinergi Yayasan CIRMA NTT dan Dinas Pertanian TTU
Pertanian Ramah Lingkungan
Penulis: Romano Nopala
Peristiwa - 07 Aug 2025 - Views: 231
image empty
Roman Nopala
Kegiatan Panen Simbolis Tanaman Holtikultura di Desa Napan TTU

LIDAHRAKYAT.COM -Suasana semarak dan penuh harapan terlihat jelas di Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), saat dilangsungkan kegiatan panen simbolis tanaman hortikultura oleh kelompok tani Pot Ana. Kegiatan ini menjadi momen penting dalam perjalanan pertanian lokal, yang merupakan hasil dari sinergi positif antara Yayasan CIRMA NTT, Dinas Pertanian Kabupaten TTU, serta para penyuluh dan petani di wilayah perbatasan ini.

Acara panen yang dilaksanakan di lahan pertanian kelompok Pot Ana tersebut, dihadiri oleh berbagai unsur penting, yakni:

Plt. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten TTU, Charles Malelak, Perwakilan Yayasan CIRMA NTT, Berchman Bria dan Melki selaku pendamping lapangan, Para penyuluh pertanian dari BPP Kecamatan Bikomi Utara, Pemerintah Desa Napan, Perwakilan Pemerintah Kecamatan Bikomi Utara, Serta para petani anggota kelompok tani Pot Ana

Kegiatan ini menjadi simbol kuat dari kemitraan strategis antara pemerintah daerah dan lembaga non-pemerintah dalam mendukung pertumbuhan sektor pertanian berbasis komunitas, terutama di wilayah perbatasan yang memiliki potensi besar namun masih menghadapi berbagai tantangan teknis dan akses sumber daya.

Pendampingan Berkelanjutan dan Fokus pada Pertanian Organik

Dalam sesi wawancara dengan media, Andriyani Selvina Elvis Mesah, SP, selaku pendamping lapangan dari Dinas Pertanian TTU melalui BPP Kecamatan Bikomi Utara, menyampaikan bahwa pihaknya secara rutin melakukan pendampingan teknis kepada para petani di wilayah ini. Salah satu kelompok yang mendapatkan perhatian khusus adalah kelompok tani Pot Ana di Desa Napan.

“Kami dari BPP Bikomi Utara terus mendampingi para petani secara rutin. Dalam proses ini, kami juga bekerja sama erat dengan Yayasan CIRMA NTT, yang telah banyak membantu, termasuk memberikan bantuan alsintan (alat dan mesin pertanian) kepada petani,” ungkapnya.

Andriyani menambahkan bahwa pihaknya tidak hanya fokus pada peningkatan produksi semata, tetapi juga mendorong transformasi pola pikir petani ke arah pertanian ramah lingkungan. “Kami mengarahkan petani untuk mulai beralih ke pupuk organik seperti bokasi, pupuk cair, dan eko enzim. Hal ini penting untuk menjaga kelestarian tanah dan kesehatan lingkungan jangka panjang,” jelasnya.

Peran Strategis Yayasan CIRMA NTT

Perwakilan Yayasan CIRMA NTT,  Berchman Bria, menyampaikan bahwa kehadiran mereka dalam program pendampingan ini merupakan bagian dari komitmen lembaga untuk memperkuat ketahanan pangan di wilayah-wilayah pinggiran, khususnya di Kabupaten TTU. Menurutnya, kemandirian petani akan terbentuk melalui dukungan berkelanjutan, peningkatan kapasitas, serta pemanfaatan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kondisi lokal.

Yayasan CIRMA NTT hadir bukan hanya untuk memberikan bantuan sesaat, tetapi membangun sistem pertanian yang tangguh, partisipatif, dan berkelanjutan,” ujarnya.

Harapan dari Pemerintah Daerah

Dalam kesempatan tersebut, Plt. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten TTU, Charles Malelak, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kerja sama yang telah terjalin antara dinas pertanian, yayasan CIRMA NTT, para penyuluh, dan kelompok tani. Ia menekankan pentingnya pemanfaatan bantuan yang diberikan secara maksimal demi kesejahteraan petani.

“Pemerintah Kabupaten TTU sangat mendukung langkah-langkah kolaboratif seperti ini. Kami berharap kelompok tani Pot Ana dapat menjadi contoh bagi kelompok lain, dan bantuan yang disalurkan seperti alsintan benar-benar dimanfaatkan dengan baik,” tutur Charles.

Tantangan dan Peluang

Desa Napan, yang berada di wilayah perbatasan, memiliki tantangan tersendiri dalam pengembangan pertanian. Namun demikian, melalui pendekatan kolaboratif seperti ini, berbagai tantangan tersebut perlahan-lahan dapat diatasi.

Kegiatan panen simbolis ini bukan sekadar seremoni, melainkan bukti nyata bahwa dengan kerja sama lintas sektor, ketahanan pangan dapat diperkuat dari akar rumput, dimulai dari desa, dan membawa dampak besar bagi pembangunan daerah. (Roman Nopala)