1)
Wahai pahlawan kami, izinkan kami menyampaikan sepohon suara hati untukmu,
meski tubuhmu terdiam dalam tanah,
semangatmu tak pernah padam,
perjuangan yang kau ukir di tanah ini,
menggema dalam setiap helaan napas kami.
Sejarah yang kau tulis dengan darah,
menelusuri arti kemerdekaan,
menggali makna dari kata-kata yang terpendam,
menghadirkan nyala dalam jiwa-jiwa yang tertindas,
dan mengantarkan kita menuju kebebasan.
Wahai pahlawan,
keheninganmu kini menyelimuti,
tapi dalam sunyi,
kau tetap bersuara,
mengajar kami tentang keberanian dan keikhlasan.
2)
Sepohon suara hati ini, akan mengikuti perjuanganmu,
dalam setiap langkah yang tak terlihat,
setelah kami renungkan arti hidup dan mati,
di antara pekik merdeka yang menggema dari jiwa yang tak kenal menyerah.
O, pahlawan kami, bukalah tabir kebebasan sejati
sebelum kami terlelap dalam keheningan sejarah,
menggenggam semangat yang kau titipkan,
di setiap detak jantung tanah air ini,
di balik jerit kemenangan yang kau perjuangkan.
Dari gema tembakan dan seruan,
kau titipkan jiwa kepada tanah ibu pertiwi,
darahmu mengalir bersama doa-doa,
mengukir pengorbanan anak negeri,
kepada bangsa yang kau cintai.
3)
Untukmu para pahlawan kami, yang sedang menjalankan amanah Ibu pertiwi, bergeraklah
dalam setiap derap langkah para pejuang,
seperti genderang perang yang berdentum,
mengiringi nyala api perjuangan yang berkobar.
Hanya Tuhan yang tahu batas antara hidup dan mati,
dan di antara nyala perjuanganmu,
ada kebesaran yang takkan pernah bisa dibeli,
yang tercipta dari keikhlasan dan nyali berani mati.
Maka, bukalah lembaran perjuangan,
di setiap halaman sejarah yang kau ukir,
persembahkan dirimu,
kepada tanah air yang selalu kau bela,
di mana kemerdekaan hadir, dan harus selalu tetap dijaga.
4)
O...Pahlawan,
dari setiap jejak langkahmu yang berani,
hidup hanyalah perantara,
di antara keabadian nama yang tertulis dalam sejarah.
Di manakah batas antara kemenangan dan pengorbanan,
jika dalam setiap pertempuran,
jiwamu tetap hidup,
mengalir dalam semangat bangsa yang tak pernah menyerah?
Sepohon suara hati ini kini masih menancapkan akar-akarnya di taman makammu,
untuk menemanimu bercerita tentang kematian, patriotisme dan keikhlasan.
Padang, Sumbar, November 2020
*Riwayat Singkat Penulis.
Leni Marlina telah mengabdi sebagai dosen tetap di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang sejak tahun 2006 dan pernah dianugerahi Dosen Berprestasi Terbaik 1 Kategori Penulis yang Diberikan oleh Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang pada tahun 2015. Sebelumnya, ia menamatkan program Sarjana Sastra Inggris tahun 2005 dengan prediket Cumlaude, setelah setahun sebelumnya dianugerahkan penghargaan sebagai Terbaik Pertama Mahasiswa Berpretasi Tingkat Nasional tahun 2024.
Tahun 2011, ia menerima Beasiswa S2 Luar Negeri untuk mengambil Program Master of Writing Literature di Deakin University, Melbourne dan lulus tahun 2013. Ia aktif membimbing kegiatan kemahasiswa, training dan pengabdian di luar kampus di bidang kepenulisan, kebahasaan, dan kebudayaan.
Penulis yang saat ini merupakan ibu dari tiga orang putra ini, juga merupakan pendiri dan kepala beberapa komunitas sosial, sastra dan pendidikan, termasuk World Children's Literature Community (WCLC), POETRY-PEN International Community, serta Komunitas Membaca dan Menulis Puisi Indonesia (PPIPM: Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat). Selain itu, penulis mendirikan dan memimpin dua kursus bahasa Inggris: ECSC (English Children's Literature Smart Course) dan MEC (Marvelous English Course), serta komunitas sosial berbasis digital, Starcom Indonesia (Starmoonsun Eduprenuer Community Indonesia). Sebagai anggota aktif dari Perkumpulan Penulis Indonesia SATU PENA Sumatera Barat, penulis juga terlibat dalam kolaborasi internasional, seperti Victoria Writers Association di Australia dan ACC International Writers Community di Hong Kong.
18 hrs ago
18 hrs ago
2.46K
132