Mengukuhkan Warisan Literasi dan Pemikiran Sang Ulama dalam Sejarah Nusantara
LIDAHRAKYAT.COM Dalam dunia literasi bahasa, sastra dan pemikiran, nama Prof. Dr. HAMKA (Haji Abdul Malik Kamarullah) telah melegenda di tanah air dan juga menjelma sebagai simbol intelektual. Sosok yang dikenal sebagai ulama, sastrawan, filsuf, jurnalis, dan pendidik ini kini mendapat pengakuan resmi dari Dewan Pengurus Daerah (DPD) Satu Pena Sumatera Barat, yang menetapkannya sebagai Penulis Hebat Sumatera Barat dalam pertemuan bersejarah di Kantor Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat pada Senin, 10 Maret 2025.
Pemilihan ini selain berfungsi sebagai bentuk penghormatan, juga merupakan bagian dari upaya mengukuhkan kembali warisan literasi dan pemikiran HAMKA sebagai bagian penting dari identitas intelektual Nusantara. Ketua DPD Satu Pena Sumbar, Sastri Bakry, menegaskan bahwa HAMKA tidak hanya menulis, tetapi juga meretas batas zaman dengan pemikiran yang melampaui generasi.
"Karya HAMKA merupakan salah satu puncak intelektual Minangkabau yang menghubungkan sastra, filsafat, agama, dan moralitas dalam satu tarikan napas. Ia bukan hanya seorang penulis, tetapi seorang pembangun peradaban melalui kata-kata," ujar Sastri penuh semangat.
Keputusan ini diambil setelah proses panjang yang melibatkan diskusi dengan berbagai akademisi, sastrawan, dan tokoh literasi. Pertemuan yang berlangsung di Jalan Diponegoro No. 4, Padang ini dihadiri oleh Rahimi Siddik, S.IP, M.Si., Prof. Dr. Ermanto, M.Hum, Dr. Ronidin, M.A, Isa Kurniawan, S.Si., Soesilo Abadi Piliang, serta berbagai tokoh penting lainnya seperti Buya Muhammad Arief (wartawan dan pemerhati budaya).
HAMKA: Lima Pilar Warisan Sang Ulama
Keputusan menetapkan HAMKA sebagai Penulis Hebat Sumatera Barat bukan tanpa alasan. Nama HAMKA sendiri mencerminkan lima pilar utama yang menjadi warisan intelektualnya:
* Harapan: Karyanya membangkitkan optimisme, membangun karakter bangsa, dan menanamkan cita-cita tinggi.
* Akhlak: Dalam setiap tulisannya, moralitas dan nilai-nilai Islam menjadi napas utama.
* Makna: Bukan hanya keindahan bahasa, tetapi juga kedalaman pesan yang menjangkau banyak generasi.
* Kebijaksanaan: HAMKA meramu hikmah dalam sastra, sejarah, dan tafsir, menjadikannya referensi utama bagi berbagai disiplin ilmu.
* Abadi dalam Kata: Karyanya tidak hanya dikenang, tetapi terus dikaji dan relevan hingga kini.
Prof. Dr. Ermanto, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang, yang turut hadir dalam diskusi ini, menegaskan bahwa HAMKA adalah sosok yang menghidupkan tradisi intelektual Minangkabau dan menghubungkannya dengan peradaban dunia.
HAMKA bukan sekadar penulis, ia adalah pemikir yang membentuk narasi keindonesiaan dengan kekuatan kata-kata. Jika Sumatera Barat adalah rumah bagi para pemikir, maka HAMKA adalah salah satu tiangnya yang paling kokoh. Hal ini disepakati dan diakui oleh para tokoh penting yang menghadiri rapat penetapan Penulis Hebat Sumatera Barat.
Seleksi Ketat: Dari 32 Nama Menuju HAMKA. Nama-Nama Tim Penilai Penulis Besar Provinsi Sumatera Barat Tahun 2025. Tim penilai yang terlibat dalam pemilihan HAMKA sebagai Penulis Hebat Sumatera Barat terdiri dari para akademisi, pegiat literasi, dan insan pers berdasarkan Surat Keputusan Nomor: 01/DPD-SATUPENA/SB/SK/III/2025, yang ditetapkan pada 9 Maret 2025:
1. Rahimi Siddik, S.IP, M.Si – Sekretaris Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat (memimpin rapat pleno).
2. Dra. Sastri Yunizarti Bakry, Akt, M.Si, CA, QIA – Ketua DPD Satupena Sumatera Barat (inisiator utama dalam program penghargaan ini).
3. Armaidi Tanjung, S.Sos., M.A – Sekretaris DPD Satupena Sumatera Barat (berperan dalam pengusulan dan verifikasi kandidat).
4. Prof. Dr. Ermanto, M.Hum – Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang (mewakili kalangan akademisi dalam penilaian karya sastra).
5. Dr. Ronidin, M.A – Perwakilan dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (memberikan perspektif akademis terhadap literasi Minangkabau).
6. Isa Kurniawan, S.Si – Koordinator Himpunan Media Sumbar (Hamas) (mengawasi aspek publikasi dan dampak literasi dalam masyarakat).
7. Soesilo Abadi Piliang – Perwakilan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sumatera Barat (menggali jejak jurnalistik dan pengaruh HAMKA dalam dunia pers).
8. Fajri Rahmad Ersya, S.STP, M.Si – Kabid Layanan, Otomasi, dan Kerja Sama Perpustakaan (bertanggung jawab dalam pengarsipan dan dokumentasi literasi).
Proses pemilihan ini melalui perjalanan panjang. Sebanyak 32 nama penulis dari Sumatera Barat dihimpun, kemudian disaring menjadi 10 nama, lalu mengerucut menjadi 5 kandidat terakhir sebelum akhirnya diputuskan bahwa HAMKA-lah sosok yang paling layak menerima penghormatan ini.
Sekretaris DPD Satu Pena Sumbar, Armaidi Tanjung, menjelaskan bahwa penetapan ini mempertimbangkan berbagai kriteria, di antaranya:
1. Penulis lahir atau memiliki garis keturunan Minangkabau dan pernah berkarya di Sumatera Barat.
2. Karya-karyanya diakui secara nasional dan internasional.
3. Mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat.
4. Memiliki keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Belum menerima penghargaan internasional.
"Debat panjang mewarnai proses pemilihan ini, karena Sumatera Barat memiliki begitu banyak penulis hebat. Namun, setelah diskusi yang mendalam dan argumentasi yang kuat, akhirnya semua pihak sepakat bahwa HAMKA adalah figur yang paling pantas mendapatkan penghormatan ini," kata Armaidi.
Sekretaris Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Sumbar, Rahimi Siddik, turut mengapresiasi langkah ini dan berharap pengakuan terhadap HAMKA dapat menginspirasi generasi muda.
"Literasi adalah jantung peradaban. Dengan menetapkan HAMKA sebagai Penulis Hebat Sumatera Barat, kita tidak hanya mengenang sejarah, tetapi juga menghidupkan kembali semangat menulis yang bermakna," ujarnya.
Keputusan penetapan Prof. Dr. HAMKA ini ditetapkan di Padang, Sumatera Barat pada tangg 10 Maret 2025, dengan ditandatangani oleh Ketua DPD Satupena Sumatera Barat, Dra. Hj. Sastri Yunizarti Bakry, Akt, M.Si, CA, QIA, dan Sekretaris DPD Satupena Sumatera Barat, Armaidi Tanjung, S.Sos., M.A.
Menghidupkan Kembali Pemikiran HAMKA
Satu Pena Sumatera Barat tidak berhenti hanya pada penetapan ini. Rangkaian kegiatan lanjutan telah dirancang untuk memperkenalkan kembali HAMKA kepada generasi masa kini, termasuk seminar, diskusi literasi, dan kajian akademik yang mendalami warisannya.
"Kami ingin memastikan bahwa pemikiran HAMKA tetap relevan dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Kajian atas karyanya harus lebih diperluas, baik dalam dunia akademik maupun di ruang publik. Bahkan, kami ingin memanfaatkan teknologi dan media digital untuk mendekatkan HAMKA dengan generasi muda," kata Sastri Bakry.
Albert Einstein pernah berkata, "If you want to know the future, look at what people are reading today." Jika hari ini kita membaca HAMKA, maka masa depan kita akan dipenuhi dengan kebijaksanaan, moralitas, dan pemikiran besar yang ia wariskan.
Sebagaimana yang pernah HAMKA katakan sendiri, "Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja." Ini adalah pengingat bahwa manusia harus mengisi hidupnya dengan makna, perjuangan, dan karya yang membawa perubahan. Dengan keputusan ini, Sumatera Barat sekali lagi menegaskan dirinya sebagai tanah kelahiran para pemikir besar. HAMKA tidak hanya dikenang sebagai seorang penulis, tetapi sebagai lentera yang akan terus menerangi jalan literasi dan pemikiran bangsa.
[LM-Satu Pena Sumbar, Redaktur lidahrakyat.com, Assisted by AI. Sumber laporan dan gambar: Sastri Bakry]
5 hrs ago
2.30K
132
Gio Ferdinan 24067037 (25 JJ P.PKWU 452 SN 1-2 LM ONLINE)
Defri Putra Fajar Alfath 24067034 (25 JJ P. KWU 452 SN 1-2 LM ONLINE)