Minggu, 20 Apr 2025
LidahRakyat | Aspirasi, Berani dan Aksi
Langit Yang Merengkuh Jiwa
Kumpulan Puisi Leni Marlina-Padang, Sumbar
Penulis: Leni Marlina*
Style - 06 Nov 2024 - Views: 1.02K
image empty
Ilustrasi
Ilustrasi Puisi Leni Marlina "Langit yang Merengkuh Jiwa". Sumber gambar: Starcom Indonesia's Artwork No.101 by AI

/1/
Langit yang Merengkuh Jiwa

Di balik pagar-pagar baja yang angkuh,
langit berbisik dalam birunya yang tak terbatas,
ia menyimpan kenangan-kenangan kami yang tak pernah layu,
memeluk mimpi-mimpi kecil dalam dekapan rindu.
Kami pejamkan mata dan terbang di bawah langit itu,
melangkahi dinding, menembus batas,
berlari tanpa bayang ketakutan membuntuti.

Dunia boleh menyempit, meremas ruang di sekeliling kami,
tapi di hati ini ada cakrawala tanpa tepi,
di mana mimpi-mimpi berlayar seperti kapal kecil,
mengukir nama-nama sahabat di pasir malam,
tempat kami pulang, dengan embusan angin yang lembut
membelai jiwa yang tak gentar.

Padang, Sumbar, 2022

/2/
Tangan Kecil, Janji yang Terjalin

Dalam genggaman tangan kami yang mungil,
tertanam janji senyap sepenuh hati,
janji untuk menyalakan lilin-lilin harapan,
membawanya melewati kabut masa depan.
Hari ini mungkin gelap, seperti malam tanpa bintang,
tapi dalam genggaman itu, ada percik cahaya,
kecil namun cukup untuk mengusir bayang-bayang.

Di bawah naungan tenda yang berbisik pada angin,
kami rangkai doa seperti bunga di untaian cinta,
untuk tanah yang jauh dan jiwa yang berkelana,
agar kebahagiaan tumbuh seperti pohon,
mengakar dalam reruntuhan yang sunyi,
menyuburkan harapan di atas puing-puing luka.

Padang, Sumbar, 2022

/3/
Bunga-Bunga Batu yang Menantang Badai

Kami adalah bunga yang tumbuh dari perut bebatuan,
menari di bawah cambukan angin, tertawa di antara duri.
Kami tak butuh taman, tak perlu dinding kaca,
akar kami menancap dalam, merangkul tanah yang keras,
berdiri di atas luka-luka lama, merayakan air mata yang jatuh.

Kami tak meminta indah, tak menginginkan gemerlap,
hanya sejumput kasih seperti embun pagi,
cukup untuk membuat kami bertahan dan mekar,
seperti bunga liar yang tak kenal musim,
yang berani berbunga di tengah badai, tanpa ragu.


Padang, Sumbar, 2022

/4/
Cahaya dalam Lembayung Kelam

Dalam dekapan malam yang pekat,
kami adalah cahaya yang menari-nari, enggan padam,
nyala kecil yang meretas jalan, melawan gelap.
Terhempas, terjatuh, namun tak pernah tenggelam,
kami adalah api yang menjilati kegelapan,
membelah sunyi dengan nyali yang tak akan luruh.

Kami temukan kekuatan dalam senyum yang bisu,
dalam tawa yang bersembunyi di balik isak,
menghias malam dengan keteguhan ,
bahwa esok kami akan kembali berdiri,
lebih kuat dari retak, lebih tabah dari badai.

Padang, Sumbar, 2022

/5/
Mata Masa Depan yang Berkilau

Kami bukan bayangan yang redup di jalanan berdebu,
kami adalah bibit yang tersimpan dalam dekap bumi,
tumbuh, mendobrak, memeluk dunia yang tertidur.
Di mata kami, ada kilau impian yang menggantung tinggi,
seperti mentari di ujung cakrawala,
mengalir dalam mimpi tentang hari yang adil dan bebas,
tempat kami bernyanyi, berlari dalam damai yang riuh.

Di dada kami, tersimpan cahaya masa depan,
seperti pelita di ujung lorong panjang,
mengajak kami maju, berani melangkah.
Kami adalah anak-anak masa depan,
bangkit dengan senyum setulus hati,
melukis dunia dengan keberanian yang tak berujung.

Padang, Sumbar, 2022


*Riwayat Singkat

Puisi ini awalnya ditulis oleh Leni Marlina tahun sebagai karya untuk  koleksi puisi pribadi tahun  2022. Puisi tersebut direvisi kembali serta dipublikasikan pertama kali oleh penulisnya melalui media digital tahun 2024.
Leni Marlina merupakan anggota aktif Asosiasi Penulis Indonesia, SATU PENA cabang Sumatera Barat. Ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair & Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association. Selain itu, Leni terlibat dalam Victoria's Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Leni juga merupakan pendiri dan pemimpin sejumlah komunitas digital yang berfokus pada sastra, pendidikan, dan sosial, di antaranya:, (1) Komunitas Sastra Anak Dunia (WCLC): https://rb.gy/5c1b02, (2) Komunitas Internasional POETRY-PEN; (3) Komunitas PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat): https://tinyurl.com/zxpadkr; (4) Komunitas Starcom Indonesia (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia): https://rb.gy/5c1b02.

Komentar (61)
Asti Marito Rambe
30 Desember 2024, 11:03 WIB
1. Business Idea Inspired by the Poems: A potential business idea inspired by the poems "Langit Yang Merengkuh Jiwa" could be the establishment of a community-based art and wellness center. This center could focus on providing a safe space for individuals to express themselves through various forms of art, such as painting, writing, and music, while also offering workshops on mental health and personal development. The center could host events that encourage community engagement, promote healing through creativity, and foster a sense of belonging, allowing people to connect with their dreams and aspirations in a supportive environment.

2. Character Traits to Apply in Business: The character traits that should be applied in starting and running this business include resilience, empathy, and creativity. Resilience is essential for overcoming challenges and setbacks, much like the flowers that grow through the rocks in the poems. Empathy is crucial for understanding the needs and emotions of the community members, allowing the business to create programs that truly resonate with them. Lastly, creativity will drive the artistic aspect of the center, inspiring innovative approaches to personal expression and healing, and helping individuals find their unique voices in a world that can often feel constricting. Jesica Imelda Pasaribu. 24 JD EPR KM 7-8 NK3-23 LM
Muhammad Farez
27 Desember 2024, 00:00 WIB
Lirik/Bait Puisi yang saya sukai:
Dunia boleh menyempit, meremas ruang di sekeliling kami,
tapi di hati ini ada cakrawala tanpa tepi,
di mana mimpi-mimpi berlayar seperti kapal kecil,
mengukir nama-nama sahabat di pasir malam,
tempat kami pulang, dengan embusan angin yang lembut
membelai jiwa yang tak gentar.

Puisi ini menggambarkan semangat tak tergoyahkan meskipun dunia terasa menekan dan penuh keterbatasan. Di balik keterbatasan fisik, hati tetap menjadi ruang tak terbatas tempat mimpi-mimpi bebas berlayar, seperti kapal kecil yang membawa harapan dan kenangan. Persahabatan menjadi jangkar emosional yang memberi kehangatan dan rasa pulang. Dengan angin lembut simbol ketenangan, puisi ini menekankan keberanian jiwa untuk tetap teguh menghadapi tantangan, sambil menghargai keindahan hubungan dan harapan yang terus hidup.
Elsen Agustina Sigalingging - JD I-E TRANS JM9-10 NKall21 LM
Viola Berliana
23 Desember 2024, 06:39 WIB
Elfi Afriani (22018103)-24 JD EPR ST4-6 NK?23 LM

Meaning of the Poem: The poems explore themes of hope, resilience, and the power of dreams in the face of adversity. "Langit yang Merengkuh Jiwa" reflects the freedom and boundless nature of the sky, symbolizing escape and the strength to overcome limitations. "Tangan Kecil, Janji yang Terjalin" captures the innocence and determination of youth, with the metaphor of a small hand holding promises of hope, resilience, and love for the future, even in dark times. Both poems focus on the power of collective dreams and aspirations to create change.

Favorite Line/Stanza:
"Hari ini mungkin gelap, seperti malam tanpa bintang,
tapi dalam genggaman itu, ada percik cahaya,
kecil namun cukup untuk mengusir bayang-bayang."
This line beautifully portrays the strength of even the smallest hope, suggesting that even in the darkest moments, a flicker of light can drive away despair.

Business Idea: A social enterprise focused on providing educational and artistic opportunities for children in underprivileged communities. The organization could create art programs and safe spaces where children can express their dreams, build hope, and develop the skills to navigate challenges. The focus would be on empowerment through creativity, offering tools to turn personal and collective aspirations into reality, much like the imagery in the poems.













Salwa Felisa Syafitri
14 Desember 2024, 12:50 WIB
First Comment:
To me, these poems express resilience, hope, and the boundless potential of the human spirit, even when faced with limitations and adversities.

Second Comment:
I deeply connect with the line "Kami adalah bunga yang tumbuh dari perut bebatuan, menari di bawah cambukan angin, tertawa di antara duri," as it symbolizes strength and the ability to thrive in challenging conditions.

Third Comment:
One business idea inspired by these poems is creating a sustainable lifestyle brand that empowers communities, using nature-inspired designs and storytelling to celebrate resilience and hope.

Jeni Fitria 22018125
Tiara Nafa Foresti
14 Desember 2024, 12:27 WIB
1. What is the meaning of the poem to you?
The poem conveys resilience, hope, and the power of dreams even in difficult circumstances. It highlights the strength to overcome challenges and create beauty from adversity, symbolized by the metaphor of growing flowers in tough conditions.
2. Which line/stanza do you like very much?
"Kami adalah bunga yang tumbuh dari perut bebatuan, menari di bawah cambukan angin, tertawa di antara duri."
3. What is one of the business ideas that comes to your mind after reading the poem?
A business focused on resilience training and empowerment, helping individuals or communities build strength and hope to overcome challenges.
RADIAH (24 JD EPR ST4-6 NK? 23 LM

A PHP Error was encountered

Severity: Core Warning

Message: Module 'igbinary' already loaded

Filename: Unknown

Line Number: 0

Backtrace: