Di balik setiap akademisi hebat, ada kisah perjuangan yang menginspirasi. Dr. Muharika Dewi, seorang dosen dan penggiat literasi, adalah salah satu contoh nyata bagaimana ketekunan dan semangat belajar dapat mengubah kehidupan. Dari perjalanan pendidikannya yang panjang hingga dedikasinya dalam mengembangkan literasi di Indonesia, beliau telah menjadi simbol perubahan dalam dunia akademik dan sosial.
Dari Janji Pernikahan ke Panggung Akademik
Perjalanan akademik Muharika Dewi bukanlah sesuatu yang dirancang sejak awal, melainkan berkembang seiring waktu. Berawal dari janji pernikahan yang diucapkan oleh almarhum suaminya, Ahmad Ridwan, yang ingin melihatnya menjadi seorang ibu berpendidikan tinggi, Muharika mulai meniti jalannya di dunia akademik dengan penuh tekad. Janji tersebut menjadi landasan kuat yang mendorongnya untuk menempuh pendidikan S1 di Universitas Negeri Padang, melanjutkan ke jenjang S2, dan akhirnya menyelesaikan S3 di bidang Pendidikan Teknologi Kejuruan. Namun, perjuangan ini tidaklah mudah. Berbagai tantangan datang silih berganti, tetapi dengan keyakinan kuat dan dukungan keluarga, terutama dari kedua orang tuanya, ia berhasil mengatasi segala rintangan. Sang ayah, Djamalus Nur, seorang guru di Balai Latihan Pendidikan Teknik Padang (sekarang SMK Sumbar), selalu menanamkan nilai bahwa dalam kemarahan atau kekecewaan, kita harus mengingat kebaikan orang lain, sekecil apa pun itu. Ibunya, Eriyani, mengajarkan pentingnya menjadi pribadi yang menyenangkan dan selalu bersikap baik kepada siapa pun yang datang bertamu. Dua prinsip hidup ini menjadi pegangan dalam perjalanan akademik dan sosialnya.
Membangun Metodologi Penelitian yang Berorientasi pada Solusi
Setelah menyelesaikan S3 dan menjadi dosen di UPI YPTK Padang, Muharika tidak hanya ingin menjadi pengajar biasa. Ia ingin lebih memahami bagaimana membantu mahasiswa menyelesaikan tugas akhir mereka dengan lebih mudah dan efektif. Ia menyadari bahwa banyak mahasiswa mengalami kesulitan bukan hanya dalam aspek metodologi penelitian, tetapi juga dalam menghadapi tantangan psikologis yang muncul selama menyusun skripsi atau tesis.
Dengan pemahaman ini, ia mendirikan "Muharika Rumah Ilmiah," sebuah ruang kecil di rumahnya yang menjadi pusat konsultasi bagi mahasiswa yang tengah berjuang menyelesaikan karya tulis ilmiah mereka. Di sini, ia tidak hanya membimbing dalam aspek teknis penulisan, tetapi juga memberikan dukungan emosional agar mahasiswa bisa melewati fase sulit dengan lebih percaya diri.
Pendidikan Tinggi dan Krisis Literasi: Sebuah Tantangan
Sebagai seorang akademisi yang telah membimbing lebih dari 500 mahasiswa secara langsung dan mengelola akun media sosial dengan lebih dari 75.000 pengikut, Muharika menyadari bahwa pendidikan tinggi di Indonesia menghadapi tantangan serius dalam hal literasi. Ia melihat bahwa banyak mahasiswa mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis, dua keterampilan dasar yang seharusnya menjadi fondasi utama pendidikan tinggi.
Menurutnya, masalah ini bukan hanya tanggung jawab mahasiswa, tetapi juga sistem pendidikan yang belum sepenuhnya membudayakan literasi. Banyak dosen yang hanya menulis buku untuk memenuhi angka kredit, bukan untuk digunakan dalam pembelajaran. Akibatnya, mahasiswa lebih banyak mengandalkan ceramah di kelas daripada membaca referensi secara mandiri.
“Kita tidak bisa berharap mahasiswa bisa menulis skripsi dengan baik jika mereka tidak terbiasa membaca sejak awal,” ujarnya.
Mengubah Paradigma Melalui Buku dan Penelitian
Untuk mengatasi permasalahan ini, Muharika aktif menulis dan mengedit buku. Sejak tahun 2014, ia telah menerbitkan 24 buku dan menjadi editor lebih dari 150 judul buku pendidikan. Karyanya berfokus pada dua bidang utama: Pendidikan Kewirausahaan dan Metode Penelitian, yang sesuai dengan keilmuannya dan pengalaman panjangnya sebagai akademisi dan konsultan karya ilmiah. Selain menulis, ia juga melakukan penelitian yang didanai oleh pemerintah melalui Dirjen Dikti sejak 2017 hingga 2022. Penelitiannya tidak hanya menghasilkan artikel ilmiah internasional, tetapi juga buku-buku yang dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa dan dosen. Ia percaya bahwa menulis bukan sekadar tugas akademik, tetapi sebuah cara untuk berbagi ilmu dan memberikan manfaat bagi banyak orang.
Literasi di Sumatera Barat: Sebuah Kekhawatiran
Meskipun telah banyak melakukan upaya dalam meningkatkan literasi, Muharika tetap merasa prihatin dengan kondisi literasi di Sumatera Barat. Ia melihat bahwa minat baca generasi muda semakin menurun, tergeser oleh kebiasaan scrolling media sosial yang lebih dominan.
“Jika saja dari 7-8 jam waktu yang dihabiskan untuk bermain ponsel, kita bisa alokasikan 30 menit saja untuk membaca, maka perubahan besar akan terjadi,” katanya.
Muharika juga menyoroti kebijakan beberapa perguruan tinggi yang justru melarang penggunaan buku ajar yang ditulis oleh dosen, dengan alasan bahwa dosen tidak boleh menjual buku kepada mahasiswa. Menurutnya, kebijakan seperti ini justru menghambat budaya membaca di kalangan mahasiswa dan mengurangi apresiasi terhadap karya akademik yang dihasilkan oleh para dosen.
Membuka Jalan bagi Generasi Masa Depan
Untuk menghadapi tantangan literasi ini, Muharika terus melakukan berbagai inisiatif. Setiap malam pukul 8, ia memberikan kuliah online tentang metode penelitian secara gratis bagi mahasiswa dari seluruh Indonesia. Selain itu, dua kali dalam sebulan, ia mengadakan pelatihan menulis tugas akhir tanpa biaya, dengan satu syarat: mahasiswa hanya perlu mendoakannya agar tetap sehat dan semangat dalam berbagi ilmu. Lebih dari itu, ia juga mendirikan Taman Baca "Muharika" di lingkungannya sebagai upaya meningkatkan minat baca sejak usia dini. Ia percaya bahwa literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga tentang membangun pola pikir kritis dan budaya ilmiah di masyarakat.
Harapan dan Doa untuk Masa Depan
Muharika Dewi tidak hanya ingin melihat mahasiswa berhasil menyelesaikan tugas akhirnya, tetapi juga berharap Indonesia suatu hari nanti memiliki lebih banyak peneliti dan inovator yang mampu menciptakan perubahan nyata. Ia meyakini bahwa semua itu berawal dari kebiasaan membaca dan menulis.
“Semoga apa yang saya lakukan ini menjadi bagian dari amalan yang diridhai Allah. Saya hanya ingin melihat generasi yang lebih kritis, berbicara berdasarkan data, dan mampu menulis dengan dasar keilmiahan yang kuat.”
Dengan segala dedikasi dan perjuangannya, Muharika Dewi telah membuktikan bahwa pendidikan bukan sekadar gelar, tetapi sebuah perjalanan panjang dalam membangun ilmu dan memberi manfaat bagi banyak orang. Dari ruang kecil di rumahnya hingga panggung akademik nasional, ia terus berjuang agar generasi mendatang dapat menikmati dunia pendidikan yang lebih baik.
------------------------------------------
*LM, Assisted by AI, Tim Editorial Media Lidahrakyat.com
9 hrs ago
2.30K
132